Pages

Monday, August 3, 2015

Stare Into The Abyss Episode 1: Emblem Of Destiny



The Peculiar Case Of Identity Crisis



Kita semua punya teman yang paling hyper diantara teman yang lainnya, perilakunya selalu membuat kita tertawa dan rasanya suasana akan beda tanpa kehadiran orang tersebut, kita selalu tersenyum jika melihat tingkahnya,  dan dia juga selalu tersenyum, seakan-akan dunia ini penuh dengan kebahagiaan tanpa batas.

Tetapi suatu waktu, dimana keadaan sedang sepi, kau melihat dia, sedang duduk dan menatap ke bawah, tanpa senyuman dan aura dia yang biasanya, his eyes are soulless, his whole body frozen in place, and his gaze fixed into a single spot, karena penasaran kaupun mendekati dia, saat jarak antara kau dan orang itu cukup dekat kau menyapanya, tetapi ia tidak membalas, kau mendekatinya lalu menepuk pundaknya, Lalu, seluruh badannya pun merespon ,pandangannya berubah ke arahmu, dan ia membalas sapaanmu, seperti sudah terbangun dari mimpi yang ia alami, dan dia pun kembali menjadi dirinya yang biasa.

According to a psychological study, our social behavior and appearance is in tune of people's perception of us,in other words, we became what people think we are, at least on the outside.

Orang-orang butuh identitas, atau setidaknya mereka fikir semua orang butuh identitasnya masing-masing, sehingga mereka bisa beda dari yang lain atau "mempunyai sebuah identitas", karena pemikiran tersebut mereka mulai mengecap orang-orang dengan suatu emblem atau "identitas" yang sesuai dengan perilaku mereka di kehidupan sosial, walaupun emblem tersebut tidak selalu akurat dengan "identitas" asli mereka, contohnya seperti orang yang saya jelaskan diatas, karena tingkah lakunya yang unik, ia mendapatkan cap "lucu", "aneh" atau "narsistik" karena orang berfikir bahwa identitas tersebut cocok dengan perilaku sosial yang ia perlihatkan dan langsung berasumsi kalau itu adalah identitas aslinya.

Kalau itu memang identitas aslinya maka tidak ada masalah, tetapi bagaimana jika itu bukan identitas asli orang itu? bagaimana kalau identitas asli orang tersebut adalah sesuatu yang lain tetapi sekarang ia tidak bisa memperlihatkannya karena sudah terlebih dahulu dicap emblem oleh orang orang, atau lebih parahnya, identitas yang dicap oleh orang orang menjadi identitas asli dia, dan identitasnya yang dulu pun hilang atau dibuang olehnya , padahal sebenarnya itulah identitas aslinya!

Kenapa hal ini bisa terjadi? karena pemikiran dimana "semua orang butuh identitas" sudah tertanam diotak kita, masyarakat sosial merasa bahwa setiap orang butuh suatu cap atau sesuatu yang bisa diasosiasikan dengan orang tersebut, dan lucunya, orang-orang tersebut pun juga merasa diri mereka butuh suatu cap agar bisa diterima oleh masyarakat sosial. 
Masalah yang timbul tentu saja disebabkan oleh variasi cap yang ada, beberapa orang mungkin akan dicap "baik", "ramah" atau "sopan" dan akan tenang-tenang aja dengan cap tersebut dan karena penjelasan psikologis diatas, dia akan tetap menjadi identitasnya dan akan menjadi orang "ramah" dan "baik, tetapi kita tahu bahwa manusia ingin identitas yang diingat semua orang, beberapa orang yang ambisius tidak akan puas dengan cap yang membosankan seperti itu, sehingga muncullah orang orang yang dengan keras mencoba untuk merakit "identitas" mereka sendiri agar diingat oleh orang orang, tipe orang ini biasanya jarang mendapat perhatian oleh orang tua sehingga mencoba untuk merakit identitas yang membuat semua orang memberi perhatian padanya, dan dalam proses perakitan tersebut, kehilangan identitas aslinya.


Mari kita bicara lebih soal orang-orang perakit identitas tersebut, mari kita panggil mereka "Mask", sebagai contoh, ada seorang Mask, dia ini adalah orang mempunyai cap awal "kalem" dan cukup berbakat dalam menggambar, tetapi ia ingin mendapat perhatian lebih dari yang mereka dapat sekarang, dirinya menganggap hal ini "mencari jati diri" walau realitanya, dia hanya mencari suatu cap baru, lalu si Mask ini melihat temannya, teman Mask berperilaku humoris dan suka bercanda, oleh karena itu, ia dicap "lucu" oleh teman-temannya.

Mask ingin memiliki cap seperti temannya agar dapat diperhatikan orang lain, sehingga ia pun merakit perilaku yang mirip dengan temannya tersebut agar mendapat cap yang sama atau mungkin lebih, pada akhirnya Mask berhasil dengan perakitan perilakunya dan mendapat cap "lucu" dan juga "unik" oleh teman-temannya, karena ia sudah mendapat cap tersebut maka perilakunya pun secara konsisten mengikuti cap yang ia miliki, secara efektif menghapus cap lama yang Mask miliki, singkatnya Mask menghapus identitas aslinya "Kalem" dan "Jago menggambar" demi identitas baru yaitu "Lucu" dan "Unik" agar mendapat perhatian lebih dari orang orang dan "mendapatkan suatu identitas"

TetapI kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Mask dalam kasus seperti ini, karena kebanyakan masyarakat sosial tidak mengizinkan seseorang menjadi identitas aslinya, kecuali identitas tersebut ada dalam pemahaman atau pengetahuan demografis sosial tersebut, orang orang akan melarang atau menjauhi seseorang yang ber cap "nihilis" atau "non-konformis" karena mereka hanya ingin orang orang memiliki suatu cap yang mereka mengerti seperti "penyabar", "darmawan" atau cap negatif simple seperti "pelit", "kasar" atau "tidak sopan", jika muncul identitas identitas yang tidak mereka mengerti seperti "Objectivis", "Machiavellian" atau "Darwinis" mereka akan otomatis memberi cap negatif seperti "aneh", "gila" atau "tidak jelas" walaupun jika mereka mencoba untuk mengerti pemahaman dibalik cap/identitas tersebut, tidak ada satupun yang bercap "gila" atau "tidak masuk akal", tetapi sedihnya masyarakat tidak mau berusaha untuk memahami cap tersebut dan terus berdiam dalam "zona aman" mereka,  menggunakan cap cap yang ada dan mereka pahami, sehingga mau tak mau orang orang harus mengikuti peraturan survival dalam masyarakat sosial dan mencoba untuk mendapatkan cap yang diterima dimasyarakat seperti "pintar" atau "rajin"

Jadi, sebesar apapun usaha anda untuk mempertahankan identitas asli anda, tidak terlalu besar kesempatan dimana identitas asli anda akan bertahan dalam kemasyarakatan luas, tetapi itu juga tidak sepenuhnya salah juga, karena seiring jalannya hidup cap atau identitas kita pun secara konstan berevolusi atau berkembang menjadi cap lainnya, "pintar" bisa berubah menjadi "genius", "darmawan" bisa berubah menjadi "philantropis" dan lain lain, jika anda sering merasakan "krisis identitas" maka jangan panik karena itu adalah suatu hal yang normal, apalagi dalam masa remaja, "krisis identitas" muncul dimana anda mulai mempertanyakan apakah cap yang sedang anda pakai adalah identitas asli anda atau bukan, dan itu adalah hal yang bagus karena bisa membantu perkembangan emosi dan karakter anda, tetapi jangan terlalu diambil pusing juga.

Maka pendeknya;

Masyarakat sosial merasa bahwa memberi cap atau identitas pada orang orang adalah suatu norma sosial.

Orang-orang pun merasa mereka butuh identitas dan mau dicap oleh masyarakat.

Ketika orang orang butuh cap yang dapat memberikan mereka perhatian lebih, cenderung, mereka membuang identitas asli mereka dalam prosesnya.

Masyarakat menolak keberadaan cap yang tidak mereka mengerti dan juga tidak mau memahami mereka.

Beberapa orang terpaksa membuang identitas asli mereka karena tidak memenuhi standar masyarakat sosial, dan mencoba untuk mendapat cap yang dapat membuat mereka diterima.

Tetapi identitas juga secara natural akan berkembang dan berubah.

Kesimpulannya adalah, apapun yang terjadi identitas kita akan selalu mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan kehidupan, maka berusahalah untuk mempertahankan identitas aslimu dan jangan biarkan cap yang diberikan oleh masyarakat memengaruhimu.

Tetapi bisa saja saya salah, karena ini hanya teori berbasis eksperimen social yang sederhana, mungkin saja era ini sudah lebih maju dan progresif sehingga orang-orang pun merasa bahwa untuk mendapatkan suatu identitas tertentu bukanlah suatu prioritas, dan pada kahirnya akan bertahan pada identitas asli mereka.

Perhaps, or perhaps not.



-Dark Consciousness

1 comments: