Pages

Friday, July 10, 2015

Rei And Ego Invade The Theaters: Comic 8 Review

Hello everyone! Sebentar lagi penghujung bulan ramadhan, jadi apa kabarnya kalian semua? No wait lupain aja, gue engga peduli kabar lo semua gimana, yang penting  gue masih sehat dan ngepost artikel ini buat kalian semua. Mungkin lo sadar, sekarang nama blognya ganti, kepemilikan juga ganti dan mungkin lo bertanya kenapa bisa begitu? The answer is……WHO THE FUCK CARES?? Gue engga peduli, dan lo semua juga pasti engga peduli, dan sekarang ayo kita bahas COMIC 8,Wow bro, are you high on heroin again? Calm the hell down!, Ekhem jadi kita berdua bakal ngurusin blog ini mulai dari sekarang,psotingan kita bakal bervariasi tapi bakal mencoba untuk tetap focus ke perfilman, by the way nama gue Rei dan temen gue itu namanya Alter Ego, so let’s talk about comic 8!

I’m gonna be honest guys, gue engga terlalu ngefans sama film film Indonesia, yah siapa juga yang ngefans sama film Indonesia am I right?

Eh gue suka film Indonesia kok, dan harusnya kita melestarikan film Indonesia, industry film Indonesia itu sudah mulai terbangun lagi dengan munculnya talenta muda bar, film battle of Surabaya aja ditawarin kerja sama dengan Disney.

Iya dan mereka menolak kerja sama dengan Disney “demi mengejar kreativitas individu studio kami” pfft yeah right, industry perfilman Indonesia itu masih jauh perjalanannya, dan untuk lo semua yang ngaku “gua tetep suka film Indonesia kok, gabakal termakan film media barat!” gue punya 3 kata buat lo; bull-fucking-shit, kalian semua disuruh nyebut 5 sutradara dan producer film asal Indonesia tanpa cek google aja engga mampu, gimana mau “mengapresiasi film Indonesia”?  gue memang engga terlalu suka nonton film Indonesia, tapi at least gue jujur soal itu, engga kaya orang-orang yang bilangnya cinta produk Indonesia, tapi sekalinya nonton film Indonesia di XXI cuman buat mojok sama pacar doang.

Hey come on, remaja movie-goer zaman sekarang memang engga terlalu sering atau pun ngejadiin film Indonesia sebagai favorit mereka, tapi itu juga bukan sepenuhnya salah mereka kan? Bioskop-bioskop yang ada di Indonesia juga engga terlalu memberi kesempatan buat para producer baru agar film mereka terkenal, karena film mereka ketutupan terus sama nama-nama besar di Hollywood.

Walaupun itu argument yang masuk akal Rei, para producer film di Indonesia juga kurang memberika usaha dalam produksi film mereka, selama 2 tahun terakhir apa coba film Indonesia yang memberikan kesan pada kita kritikus dan penonton? Bioskop juga udah memberikan mereka kesempatan. Tapi I digress, gua masih bisa sebutin 2, yaitu: The Raid 2 dan of course COMIC 8!
 
Oh hell yes! Akhirnya film satirical-comedy-action yang berkelas buatan Indonesia babies!!

Film comic 8 dirilis pada januari 2015, pemain-pemain di film tersebut adalah para stand-up comedians yang tenar di Indonesia lots and lots of cameos dari para actor dan aktris ternama dan gatau kenapa coboy junior ada di film itu for some reason. Comic 8 sendiri refers to 8 orang yang mencoba untuk merampok bank yaitu, Ernest Prakasa, Arie Kriting, Kemal Palevi, Babe Cabita,Fico Fachriza, Bintang Timur,Mongol Stres, dan Mudy Taylor.
 
Makasih buat sinopsisnya Rei! First of all, let me just say, kita berdua bener-bener suka sama film ini, dan its saying a lot! Gua gabakal bilang kalau ini film comedy-action favorit gua (which is Hot Fuzz if youre asking) tapi film ini ada di top ten film comedy favorit kita berdua

Well yeah, film ini bisa membalance humor dan actionnya dengan baik, dan juga bisa memberikan beberapa bentuk humor berbeda di dalam 105 menit yang gabakal tergantikan!

For example, filmnya memberikan humor yang familiar di telinga orang awam Indonesia, seperti joke mengejek dan joke vulgar yang soft, lalu seiring film berjalan film juga muali menunjukan humor mereka yang kedua dan yang menurut gue salah satu pillar terbesar film ini, yaitu references,parody and satire.

Film satirical atau parody yang blatant itu susah dicerna sama kita berdua, gue engga suka film-film parody seperti scary movie,disaster movie atau yang terbaru Superfast, karena film tersebut hanya memparodikan apa yang lagi popular saat ini, they just picking on easy targets and do shameless nods and winks here and there, and we’re supposed to laugh at that!

I second that,guys kalau kalian mau bikin satirical humor, you have to make it smart and subtle, buat para penonton berfikir kalau kalian sedang memparodikan sesuatu! Banyak banget film yang terus mengulang kesalahan yang sama dalam membuat film satirical comed, tapi untungnya film ini engga membuat kesalahan yang sama

Sebagai contoh. Pertengahan kedalam filmnya kita tahu bahwa SPOILERS! Kalau para comic  8 itu semua pasien rumah sakit jiwa, dan sebenarnya mereka dibrainwash untuk jadi perampok agar pihak rumah sakit bisa mengambil uang curiannya, nah dalam scene itu mereka me-reference A Clockwork Orange Wow! Berapa banyak coba film Indonesia yang ngereference a clockwork orange! Yah walaupun kebanyakan orang Indonesia gabakal nangkep reference itu dan kalau ditanya soal Clockwork Orange bakal jawab “maaf saya sukanya jeruk koprok” ,dan lucunya lagi pada akhir film ternyata mereka semua dari awal ada dalam pengaruh hipnotis dari some minor character cameo(indro dari warkop dki) film ini secara subtle telah make fun of film-film hollywood zaman sekarang yang terlalu banyak menggunakan plot twist yang tidak masuk akal dan terlalu ribet dengan cara memasukan plot twist yang disengaja dibuat ribet dan engga masuk akal, brilliant!! Yah walaupun untuk orang yang engga cepet nangkep bakal beneran dianggep twist yang ribet dan engga masuk akal.

Another thing yang gue suka dalam komedi di film itu adalah, mereka engga take everything seriously dan bisa make fun of their own movie, seperti scene dimana ada baku tembak yang berlangsung selama beberapa menit dan menghabisakan banyak peluru, tapi mereka nyadar kalau dalam scene itu mereka cuman berhasil ngebunuh 3 orang, dan di filmnya di lampshade (“itu kita pake peluru sebanyak itu cuman ada 3 orang??” “yaah tadi perasaan banyak deh orangnya”)

Dan hal favorit gue soal filmnya? Penataan kameranya! Jujur rasanya kaya film ini bener-bener dibuat sama crew yang udah biasa ngurusin film action laga di Hollywood sana, like ada close-up shot, slow motion, one take shots(my favorite) pan shots, dan many many more! Ini benar-benar membantu visual yang ditampilkan di film semakin kuat

So to conclude, bravo to the humor and camera works guys! Kalian berhasil memuaskan para penonton Indonesia awam dan juga para maniak film hardcore! But all good things must come to an end, sekarang gue bakal ngomongin hal yang gue engga suka sama filmnya and believe me, its not gonna be short.

Hoo boy, here we go.

Ketidak puasan gue yang pertama adalah, walaupun rating film ini Remaja, tapi mereka mencoba untuk menceritakan cerita yang bukan remaja, bayangin aja, ada kartel yang mencuci otak pasien gila untuk jadi teroris dan melepas mereka ke public tanpa pengawasan yang rutin, itu sebenernya plot yang cocok ada di film ber-rating dewasa guys! Don’t get me wrong, gue suka sama cerita,plot dan tema filmnya, but really guys kalau kalian mau bikin cerita yang temanya kaya gitu, jangan paksain filmnya jadi film remaja dong! Dialognya remaja dan kekinian banget jadi banyak reference pop culture dan medianya, tapi itu agak terlihat forced atau dipaksain like filmnya mencoba untuk mengatakan “look ini sebenernya film yang kid-friendly kok! Gaada hal yang buruk dan everybody’s gonna be fine, relax”dan dengan itu intensitas filmnya mengurang

But to be fair Ego,dialog di filmnya engga terlalu buruk menurut gue, dan masih berkontribusi banyak pada point satirical humor yang mereka coba untuk bawa. Salah satu dasar dalam film adalah istilah “Show don’t tell” artinya biarkan visual,alur,plot dan karakterisasi yang menyampaikan pesan atau plot point dalam film, dan film ini berhasil dalam aspek itu, visual dan ceritanya berhasil membawa kita masuk dalam flow film ini dan membuat kita mengerti gaya film comic 8 ini, jadi apa yang mereka rusak di dialog mereka perbaikin di visual, dan sama kaya Ego gua juga suka penataan dan trick kamera yang mereka lakuin di film ini.
               
  I don’t know, rasanya seperti ada potensial filmnya lebih bagus lagi kalau mereka lebih berani main di rating filmnya, bayangin aja literally nobody dies in this movie, yeah I said it right, nobody friggin dies!! Dalam dilm action yang banyak tembak-tembakannya gaada yang mati? (Scene tembak-tembakan yang ada di rumah mafia itu engga keitung karen itu imajinasi mereka saat dihipnotis jadi gila jadi engga keitung) Biar gue ulang, di film YANG ada puluhan scene baku tembak,ada scene dimana karakter utamanya ngelempar bomb ke mobil sampe mobilnya meledak dan keputer balik tapi gaada yang mati, SEMUANYA SELAMAT SENTOSA. What.the.actual.fuck, look movie gue ngerti sumber penonton kalian itu ada pada remaja dan kalian semua engga mau ngebuat ratingnya jadi dewasa dan kehilangan penonton, tapi…..really? gaada yang mati? Bahkan film satirical comedy juga ada batasnya dalam mempermainkan realita men!

Yeah gue juga setuju, bukan hanya gaada yang mati, tapi gaada yang kena peluru tembak, huh??? Like ada scene dimana LITERALLY MEREKA TEMBAK-TEMBAKAN GAADA SATU METER DARI SATU SAMA LAIN, TAPI TETEP GAADA YANG KENA PELURUNYApelurunya cuman kena kaca mobil,vas kaca yang engga bersalah dan kamera yang 2 minggu lagi bakal pensiun, wow just wow, how do I even begin with this, look movie kalau kalian mau buat film action walaupun itu comedy, kalian tetep haris bikin suasanya intens,ada tekanan di setiap tembakan peluru yang melesat, sehingga ada ketegangan juga yang terbentuk dalam filmnya dan juga atmosfir penonton, lah disini? Mau nembak beribu kali juga gabakal ada yang kena buat apa juga kita tegang, satu-satu scene yang bikin kita tegang itu pas Nikita Mirzani tembak-tembakan sama Nirina Zubir, dan gua lagi engga ngomongin tegangnya situasi film.

Hilarious dick joke aside, film ini menurut gue terlalu main aman, lebih memfokuskan ke sisi komedinya daripada plot,action dan common sense, tapi untungnya mereka berhasil di humor, dan walaupun nobody got shot, I have to give the credit kalau effects pistol dan tembak-tembakannya sangat terasa real, mereka seperti bener-bener nembak pistol, dan untuk standar effects di Indonesia itu lumayan, ada feel barat tersendiri pada actionnya.

So untuk menyimpulkan…

Film ini masih tetap produk yang sangat solid dan bisa berdiri sendiri

Walaupun ada beberapa aspek yang kita berdua kurang suka

Mereka bisa mainin Rule Of Cool dengan baik, sehingga kita terlalu ke distract sama visualnya

Humor mereka juga bagus, dan bisa memainkan banyak tipe humor

Trick kamera mereka the best!

So….We love the movie

Man I cant wait for the sequel! Sama gue juga! Dan setelah liat trailernya kayaknya ini budgetnya lebih gila deh dari sebelumnyaawas aja kalau filmnya disappointing, I’m gonna tear this movie a new one!


So that’s it for tonight guys! Nama gue Rei! Dan gue Alter Ego,Good Night!

2 comments:

  1. Lah bukannya peluru yang dipake peluru asli ya ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya makanya tadi bilang effectsnya bagus, tapi tetep aja engag kena sapa-sapa

      Delete